Ustadz Idrus Ramli Dihina Karena Ikut NU Garis Lurus

Gusduriyun :: Ustadz Idrus Ramli Dihina Karena Ikut NU Garis Lurus
Warga Nahdlatul Ulama' (NU) pasti sudah tahu sama Ustadz Idrus Ramli, Sang Ustadz Pendekar Pilih Tanding Dalam Mematahkan Dalil-dalil Bengkok Kaum Wahabi.
Ustadz Idrus Ramli sudah diakui dikalangan NU sendiri, dan ditakuti oleh kalangan Wahabi.
Ustadz Idrus Ramli biasanya mengisi seminar, atau sebagai juru bicara dalam pembahasan Wahabi dan aliran-aliran sesat lainnya.
Kegiatannya bukan hanya di indonesia saja, bahkan beliau sampai keluar negeri.
Tulisan-tulisan beliau juga cukup banyak, dan anda juga bisa melihat langsung di website beliau http://www.idrusramli.com aa
Namun karena beliau sekarang ini berada di posisi NU Garis Lurus, beliau mendapatkan hinaan dari salah satu situs NU Gusduriyun, dan agar anda tahu bagaimana hinaannya ini saya sudah copy postingan tersebut:

Ada Apa Dengan Ustadz Idrus Ramliku? Setelah Dekat Dengan KH. Lutfi Bashori Dan Kalah Pemilihan Ketum PBNU
MusliModerat.Com - Muktamar NU ke-33 yang berlangsung di Jombang sudah berlalu. KH. Ma'ruf Amin ditetapkan sebagai pimpinan tertinggi Nahdlatul Ulama atau Rais 'Amm. Sedangkan Ketua Tanfidziyah atau Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tetap dijabat oleh KH. Said Aqil Siraj.
Kiai Said terpilih setelah mendapat suara terbanyak pada pemilihan langsung di sidang utama Alun-alun Jombang. Sementara Kiai As’ad Said Ali menempati urutan kedua, disusul KH Salahuddin Wahid. Sedangkan Ust. Muhammad Idrus Ramli, pakar Aswaja yang dicalonkan oleh NU Garis Lurus dan KH. Lutfi Bashori sebagai Ketua Umum PBNU, ternyata hanya mendapatkan satu suara. 
Pasca kejadian tersebu, Ustad yang akhir-akhir ini dekat dengan pencetus NU Khawarij yaitu KH. Lutfi Bashori ini bebera kali menulis di facebooknya yang menyindir proses Muktamar, puncaknya Ust. Idrus Ramli menulis sebuah artikel yang "menyerang" Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siraj, dengan judul berjudul "SAID AQIL SIROJ DAN PEMBUSUKAN NU DARI DALAM". 

Berikut lengkapnya :
SAID AQIL SIROJ DAN PEMBUSUKAN NU DARI DALAM
Kalau ada yang bertanya, apakah tujuan organisasi Nahdlatul Ulama didirikan? Jawabannya adalah jelas, bahwa para ulama pesantren mendirikan NU tujuannya adalah untuk menjaga, melestarikan dan memperjuangkan Islam Ahlussunnah Wal-Jamaah tetap berjalan dan tersosialisasi di Indonesia. Hal tersebut dipicu dengan mulainya ekspor ajaran-ajaran yang menyimpang dari Ahlussunnah, seperti Syiah dan Wahabi, ke bumi Nusantara. Sehingga mendorong para kiai pesantren untuk mendirikan organisasi NU. Kesimpulannya, NU didirikan untuk menjaga keislaman mayoritas bangsa Indonesia yang mengikuti Ahlussunnah Wal-Jamaah, dari pengaruh dan rongrongan aliran-aliran di luar faham Ahlussunnah Wal-Jama’ah, seperti Syiah dan Wahabi.
Dalam sebuah diskusi, di jejaring sosial group WhatsApp ada sebuah tema yang menjadi bahan pembicaraan, yaitu berkaitan dengan sosok Said Aqil Siroj (SAS), Ketua Umum PBNU, apakah SAS benar-benar memperjuangkan visi dan misi NU, yaitu melestarikan, menjalankan dan mensosialisasikan ajaran Islam Ahlussunnah Wal-Jamaah, atau selama kepemimpinannya ia tidak memperjuangkan visi dan misi NU?
Dalam sebuah buku yang berjudul TASAWUF SEBAGAI KRITIK SOSIAL; MENGEDEPANKAN ISLAM SEBAGAI INSPIRASI, BUKAN ASPIRASI yang diterbitkan oleh Lajnah Ta’lif wan Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTN PBNU) pada tahuan 2012, SAS berkata:
“Secara historis, kelahiran Sunni dan Syiah merupakan sunnatullah yang harus disyukuri sebagai khazanah pemikiran umat Islam. ... Di samping itu, diskursus teologi, baik itu Mu’tazilah, Asy’ariyah, Maturidiyah, maupun Syiah, semuanya bersifat rasional. Semuanya tetap dalam bingkai Islam. Bahkan patut dikatakan semuanya adalah Ahlussunnah sepanjang mengakui eksistensi Allah Swt, para nabi dan rasul, Kitab-kitab Allah dan hari kiamat. Perbedaan di luar itu bersifat furu’iyah saja.” Halaman 84.
Kalau kita membaca sedikit cermat pernyataan di atas, akan mengantarkan kita pada beberapa kesimpulan.
Pertama, ajakan SAS untuk mensyukuri keberadaan Syiah di Indonesia, entah apakah syukuran tersebut dengan mengadakan tumpengan, selamatan dan lain sebagainya.
Kedua, dengan tegas dan tanpa tedeng aling-aling SAS menjelaskan bahwa Mu’tazilah dan Syiah itu Ahlussunnah juga. Perbedaan antara Ahlussunnah dan Syiah hanya sebatas furu’iyah saja, tidak berkaitan dengan masalah-masalah ushuliyah (akidah).
Ketiga, syarat suatu kelompok disebut Ahlussunnah adalah keimanannya kepada Allah, para nabi dan rasul, kitab-kitab Allah dan hari kiamat. Dengan persyaratan yang sangat general ini, berarti seluruh aliran sesat termasuk Ahlussunnah juga, selama beriman dengan hal-hal tersebut. Padahal hampir kebanyakan aliran-aliran sesat seperti Syiah, Khawarij dan Mu’tazilah juga beriman terhadap hal-hal tersebut.
Tentu pernyataan SAS tersebut bertentangan dengan realita dan pendapat seluruh ulama Sunni dan Syiah sendiri. Di satu sisi, Syiah tidak mau menyebut dirinya Ahlussunnah. Demikian pula sebaliknya, Ahlussunnah tidak menyebut dirinya Syiah. Dan di sisi lain, Ahlussunnah dan Syiah sangat tegas menyatakan bahwa perbedaan mereka lebih berkaitan dengan persoalan ushuliyah, bukan persoalan furu’iyah saja.
Adalah Hadlratusy Syaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari yang menegaskan tentang kesesatan Syiah dalam banyak kitab yang beliau tulis. Berikut beberapa pernyataan Hadlratusy Syaikh tentang kesesatan Syiah dan bahwa mereka bukan Ahlussunnah.
Pernyataan Pertama
فَصْلٌ فِيْ بَيَانِ تَمَسُّكِ أَهْلِ جَاوَى بِمَذْهَبِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ، وَبَيَانِ ابْتِدَاءِ ظُهُوْرِ الْبِدَعِ وَانْتِشَارِهَا فِيْ أَرْضِ جَاوَى، وَبَيَانِ أَنْوَاعِ الْمُبْتَدِعِيْنَ فِيْ هَذَا الزَّمَانِ.
قَدْ كَانَ مُسْلِمُوا اْلأَقْطَارِ الْجَاوِيَّةِ فِي اْلأَزْمَانِ السَّالِفَةِ الْخَالِيَةِ مُتَّفِقِي اْلآَرَاءِ وَالْمَذْهَبِ وَمُتَّحِدِي الْمَأْخَذِ وَالْمَشْرَبِ، فَكُلُّهُمْ فِي الْفِقْهِ عَلىَ الْمَذْهَبِ النَّفِيْسِ مَذْهَبِ اْلإِمَامِ مُحَمَّدِ بْنِ إِدْرِيْسَ، وَفِيْ أُصُوْلِ الدِّيْنِ عَلىَ مَذْهَبِ اْلإِمَامِ أَبِي الْحَسَنِ اْلأَشْعَرِيِّ، وَفِي التَّصَوُّفِ عَلىَ مَذْهَبِ اْلإِمَامِ الْغَزَالِيِّ وَاْلإِمَامِ أَبِي الْحَسَنِ الشَّاذِلِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ أَجْمَعِيْنَ.
ثُمَّ إِنَّهُ حَدَثَ فِيْ عَامِ اَلْفٍ وَثَلاَثِمِائَةٍ وَثَلاَثِيْنَ أَحْزَابٌ مُتَنَوِّعَةٌ وَآَرَاءُ مُتَدَافِعَةٌ وَأَقْوَالٌ مُتَضَارِبَةٌ، وَرِجَالٌ مُتَجَاذِبَةٌ، فَمِنْهُمْ سَلَفِيُّوْنَ قَائِمُوْنَ عَلىَ مَا عَلَيْهِ أَسْلاَفُهُمْ مِنَ التَّمَذْهُبِ بِالْمَذْهَبِ الْمُعَيَّنِ وَالتَّمَسُّكِ بِالْكُتُبِ الْمُعْتَبَرَةِ الْمُتَدَاوِلَةِ، وَمَحَبَّةِ أَهْلِ الْبَيْتِ وَاْلأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ، وَالتَّبَرُّكِ بِهِمْ أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا، وَزِيَارَةِ الْقُبُوْرِ وَتَلْقِيْنِ الْمَيِّتِ وَالصَّدَقَةِ عَنْهُ وَاعْتِقَادِ الشَّفَاعَةِ وَنَفْعِ الدُّعَاءِ وَالتَّوَسُّلِ وَغَيْرِ ذَلِكَ...
وَمِنْهُمْ رَافِضِيُّوْنَ يَسُبُّوْنَ سَيِّدَنَا أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا وَيَكْرَهُوْنَ الصَّحَابَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ، وَيُبَالِغُوْنَ هَوَى سَيِّدِنَا عَلِيٍّ وَأَهْلِ بَيْتِهِ رِضْوَانُ اللهِ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ، قاَلَ السَّيِّدُ مُحَمَّدٌ فِيْ شَرْحِ الْقَامُوْسِ: وَبَعْضُهُمْ يَرْتَقِيْ إِلىَ الْكُفْرِ وَالزَّنْدَقَةِ أَعَاذَنَا اللهُ وَالْمُسْلِمِيْنَ مِنْهَا. قَالَ الْقَاضِيْ عِيَاضُ فِي الشِّفَا: عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُغَفَّلٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (اللهَ اللهَ فِيْ أَصْحَابِيْ لاَ تَتَّخِذُوْهُمْ غَرْضًا بَعْدِىْ فَمَنْ أَحَبَّهُمْ فَبِحُبِّيْ أُحِبُّهُمْ وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ فَبِبُغْضِيْ أُبْغِضُهُمْ وَمَنْ آَذَاهُمْ فَقَدْ آَذَانِىْ وَمَنْ آَذَانِىْ فَقَدْ آَذَى اللهَ وَمَنْ آَذَى اللهَ يُوْشِكُ أَنْ يَأْخُذَهُ) وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ فَمَنْ سَبَّهُمْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْن لاَ يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُ صَرْفًا وَلاَ عَدْلاً) وَقَالَ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ فَإِنَّهُ يَجِيْءُ قَوْمٌ فِيْ آَخِرِ الزَّمَانِ يَسُبُّوْنَ أَصْحَابِيْ فَلاَ تُصَلُّوْا عَلَيْهِمْ وَلاَ تُصَلُّوْا مَعَهُمْ وَلاَ تُنَاكِحُوْهُمْ وَلاَ تُجَالِسُوْهُمْ وَإِنْ مَرِضُوْا فَلاَ تَعُوْدُوْهُمْ) وَعَنْهُ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (مَنْ سَبَّ أَصْحَابِيْ فَاضْرِبُوْهُ) وَقَدْ أَعْلَمَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ سَّبُهْم وَأَذَاهُمْ يُؤْذِيْهِ وَأَذَى النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَرَامٌ فَقَالَ (لاَ تُؤْذُوْنِيْ فِيْ أَصْحَابِيْ وَمَنْ آَذَاهُمْ فَقَدْ آَذَانِىْ) وَقَالَ (لاَ تُؤْذُوْنِيْ فِيْ عَائِشَةَ) وَقاَلَ فِيْ فَاطِمَةَ (بُضْعَةٌ مِنِّىْ يُؤْذِيْنِيْ مَا آَذَاهَا). اهـ (الشيخ محمد هاشم أشعري، رسالة أهل السنة والجماعة، ص 9-10)..
Pasal untuk menjelaskan penduduk Jawa berpegang kepada madzhab Ahlusunnah wal Jama’ah, dan awal kemunculan bid’ah dan meluasnya di Jawa, serta macam-macam ahli bid’ah di zaman ini.
Umat islam yang mendiami wilayah Jawa sejak zaman dahulu telah bersepakat dan menyatu dalam pandangan keagamaannya. Di bidang fikih, mereka berpegang kepada mazhab Imam Syafi’i, di bidang ushuluddin berpegang kepada mazhab Abu al-Hasan al-Asy’ari, dan di bidang tasawuf berpegang kepada mazhab Abu Hamid al-Ghazali dan Abu al-Hasan al-Syadzili, semoga Allah meridhoi mereka semua. Kemudian pada tahun 1330 H muncul kelompok, pandangan, ucapan dan tokoh-tokoh yang saling berseberangan dan beraneka ragam. Di antara mereka adalah kaum salaf yang memegang teguh tradisi para tokoh pendahulu mereka dengan bermazhab dengan satu mazhab dan kitab-kitab mu’tabar, kecintaan terhadap Ahlul Bait Nabi, para wali dan orang-orang salih, selain itu juga tabarruk dengan mereka baik ketika masih hidup atau setelah wafat, ziarah kubur, mentalqin mayit, bersedekah untuk mayit, meyakini syafaat, manfaat doa dan tawassul serta lain sebagainya.
Di antara mereka juga ada golongan rofidhoh yang suka mencaci Sayidina Abu Bakar dan ‘Umar RA., membenci para sahabat nabi dan berlebihan dalam mencintai Sayidina ‘Ali dan anggota keluarganya, semoga Allah meridhoi mereka semua. Berkata Sayyid Muhammad dalam Syarah Qamus, sebagian mereka bahkan sampai pada tingkatan kafir dan zindiq, semoga Allah melindungi kita dan umat Islam dari aliran ini. Berkata Al-Qadhi ‘Iyadh dalam kitab As-Syifa bi Ta’rif Huquq Al-Musthafa, dari Abdillah ibn Mughafal, Rasulullah SAW bersabda: Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah mengenai sahabat-sahabatku. Janganlah kamu menjadikan mereka sebagai sasaran caci-maki sesudah aku tiada. Barangsiapa mencintai mereka, maka semata-mata karena mencintaiku. Dan barang siapa membenci mereka, maka berarti semata-mata karena membenciku. Dan barangsiapa menyakiti mereka berarti dia telah menyakiti aku, dan barangsiapa menyakiti aku berarti dia telah menyakiti Allah. Dan barangsiapa telah menyakiti Allah dikhawatirkan Allah akan menghukumnya. (HR al-Tirmidzi dalam Sunan al-Tirmidzi Juz V/hal. 696 hadits No. 3762). Rasulullah SAW bersabda, Janganlah kamu mencela para sahabatku, Maka siapa yang mencela mereka, atasnya laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia. Allah Ta’ala tidak akan menerima amal darinya pada hari kiamat, baik yang wajib maupun yang sunnah. (HR. Abu Nu’aim, Al-Thabrani dan Al-Hakim)
Rasulullah SAW bersabda, Janganlah kamu mencaci para sahabatku, sebab di akhir zaman nanti akan datang suatu kaum yang mencela para sahabatku, maka jangan kamu menyolati atas mereka dan shalat bersama mereka, jangan kamu menikahkan mereka dan jangan duduk-duduk bersama mereka, jika sakit jangan kamu jenguk mereka. Nabi SAW telah kabarkan bahwa mencela dan menyakiti mereka adalah juga menyakiti Nabi, sedangkan menyakiti Nabi haram hukumnya. Rasul SAW bersabda: Jangan kamu sakiti aku dalam perkara sahabatku, dan siapa yang menyakiti mereka berarti menyakiti aku. Beliau bersabda, Jangan kamu menyakiti aku dengan cara menyakiti Fatimah. Sebab Fatimah adalah darah dagingku, apa saja yang menyakitinya berarti telah menyakiti aku. (Risalat Ahli Sunnah wal Jama’ah, h.9-10)
Pernyataan Kedua
وَلَيْسَ مَذْهَبٌ فِيْ هَذِهِ اْلأَزْمِنَةِ الْمُتَأَخِّرَةِ بِهَذِهِ الصِّفَةِ إِلاَّ الْمَذَاهِبَ اْلأَرْبَعَةَ، اَللّهُمَّ إِلاَّ مَذْهَبَ اْلإِمَامِيَّةِ وَالزَّيْدِيَّةِ وَهُمْ أَهْلُ الْبِدْعَةِ لاَ يَجُوْزُ اْلاِعْتِمَادُ عَلىَ أَقَاوِيْلِهِمْ. اهـ (الشيخ محمد هاشم أشعري، رسالة في تأكد الأخذ بمذاهب الأئمة الأربعة، ص 29)..
Bukanlah yang disebut mazhab pada masa-masa sekarang ini dengan sifat yang demikian itu kecuali Mazahib Arba’ah (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’I dan Imam Ahmad). Selain dari pada itu, seperti mazhab Syiah Imamiyah dan Syiah Zaidiyah, mereka adalah ahul bid’ah yang tidak boleh berpegang kepada pandangan-pandangan mereka. (Risalah fi Ta’akkud Al-Akhdzi bi Al-Madzahib Al-Arba’ah, h.29)
Pernyataan Ketiga
أَمَّا أَهْلُ السُّنَّةِ فَهُمْ أَهْلُ التَّفْسِيْرِ وَالْحَدِيْثِ وَالْفِقْهِ، فَإِنَّهُمْ الْمُهْتَدُوْنَ الَمُتَمَسِّكُوْنَ بِسُنَّةِ النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْخُلَفَاءِ بَعْدَهُ الرَاشِدِيْنَ، وَهُمُ الطَّائِفَةُ النَّاجِيَةُ، قَالُوْا وَقَدِ اجْتَمَعَتْ الْيَوْمَ فِيْ مَذَاهِبَ أَرْبَعَةٍ الْحَنَفِيُّوْنَ وَالشَّافِعِيُّوْنَ وَالْمَالِكِيُّوْنَ وَالْحَنْبَلِيُّوْنَ، وَمَنْ كَانَ خَارِجًا عَنْ هَذِهِ اْلأَرْبَعَةِ فِيْ هَذَا الزَّمَانِ فَهُوَ مِنَ الْمُبْتَدِعَةِ. اهـ (الشيخ محمد هاشم أشعري، زيادة تعليقات، ص 24-25)..
Adapun Ahlusunnah mereka adalah para Ahli Tafsir, Hadits dan Fiqih. Sungguh merekalah yang mendapat petunjuk dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi Muhammad SAW dan para khalifah yang rasyid setelah beliau. Mereka adalah ‘kelompok yang selamat’ (thaifah najiyah). Para ulama berkata, pada saat ini kelompok yang selamat itu terhimpun dalam mazhab yang empat; Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hanbali. Maka siapa saja yang keluar atau di luar empat mazhab itu adalah ahlul bid’ah di masa ini. (Ziyadat Ta’liqat, h. 24-25)
Pernyataan Keempat
وَاصْدَعْ بِمَاتُؤْمَرُ لِتَنْقَمِعَ الْبِدَعُ عَنْ اَهْلِ اْلمَدَرِوَالْحَجَرِ. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "اِذَاظَهَرَتِ الْفِتَنُ اَوِالْبِدَعُ وسُبَّ اَصْحَابِيْ فَلْيُظْهِرِالْعَالِمُ عِلْمَهُ فَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ
Sampaikan secara terang-terangan apa yang diperintahkan Allah kepadamu, agar bid’ah-bid’ah terberantas dari semua orang. Rasulullah SAW bersabda: “Apabila fitnah-fitnah dan bid’ah-bid’ah muncul dan sahabat-sahabatku di caci maki, maka hendaklah orang-orang alim menampilkan ilmunya. Barang siapa tidak berbuat begitu, maka dia akan terkena laknat Allah, laknat Malaikat dan semua orang.” (Muqadimah Qanun Asasi Nahdlatul Ulama)
Paparan dari Hadlratusy Syaikh di atas memberikan kesimpulan bahwa Syiah adalah aliran sesat dan menyesatkan serta bukan termasuk bagian dari Ahlussunnah Waljamaah. Pernyataan tersebut bertentangan dengan pernyataan SAS sebelumnya yang menegaskan bahwa keberadaan Syiah harus disyukuri, bukan diberantas, dan bahwa Syiah bukan aliran sesat, serta bahkan termasuk Ahlussunnah tanpa ada perbedaan kecuali dalam masalah furu’iyah saja.
Dengan melihat adanya perbedaan yang saling bertolak belakang antara pernyataan Hadlratusy Syaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, selaku pendiri NU yang menolak terhadap ajaran Syiah dan menganggapnya sebagai salah satu aliran sesat, dengan pernyataan SAS yang mengajak mensyukuri keberadaan Syiah, serta menganggap Syiah sebagai bagian dari Ahlussunnah yang ditulisnya dalam buku terbitan resmi LTN PBNU, vonis apakah kiranya yang layak disematkan kepada SAS? Apakah dengan sepak terjang dan sikap SAS di atas, SAS berarti telah melakukan perbaikan (ishlah) kepada NU, atau justru melakukan perusakan (ifsad)? Apakah dengan demikian, SAS telah benar-benar menjaga amanah sebagai pimpinan NU, atau justru telah berkhianat kepada para ulama pendiri NU dan warga nahdliyyin yang memberinya kepercayaan? Apakah SAS berarti telah memberikan pemantapan kepada warga nahdliyyin terkait dengan ajaran Ahlussunnah Wal-Jamaah yang diperjuangkan oleh NU, atau justru melakukan pendangkalan dan penyimpangan? Apakah dengan sikap tersebut SAS telah melakukan penguatan terhadap NU sebagai organisasi benteng Ahlussunnah, atau justru melakukan pembusukan dari dalam? Saya kira para pembaca dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dengan hati nurani yang bersih.
Muhammad Idrus Ramli
Bersambung . . .
https://www.facebook.com/muhammad.i.ramli.1/posts/10204766015502002

Kritikan diatas sebenarnya bukanlah hal baru, sebaliknya merupakan kritikan yang sudah pernah dilontarkan dalam Forum Dialog Terbuka yang diikuti oleh Ust. Muhammad Idrus Ramli sendiri bersama Gus Aab dan KH. Said Aqil Siraj, serta diikuti oleh ratusan peserta.

Video dialog tersebut sudah lama disebarkan di Youtube. Dialog tersebut berlangsung dengan suasana penuh keakraban dan bersahaja meskipun saling menanggapi satu dengan yang lain. Oleh karena itu, tulisan Ust. Idrus Ramli yang baru ini dimuat dalam facebooknya sangat penuh kejanggalan.

Sesuatu yang sebenarnya telah usai dalam forum tabayyun, tetapi kembali diulang oleh Ust. Idrus Ramli sebagai propaganda melalui facebook. Ada apa dengan Ustadz Idrus Ramli? Mengapa melakukan propaganda??.

Tidak sedikit pihak yang mengatakan tentang adanya perubahan dalam sikap Ust. Idrus Ramli, bahkan terhadap Kiai yang tidak sejalan dengannya tidak segan-segan pula memblock di group WA miliknya.

Disinyalir bahwa perubahan itu dikarenakan kedekatan Ust. Idrus Ramli dengan penggagas NU Garis Lurus yakni Ust. Luthfi Bashori (Malang). Dan boleh dibilang, Ust. Idrus Ramli juga berada dibalik fenomena NU GL itu sendiri.

Wahai Ustadz Idrus Ramli-ku kembalilah kepada jalan Ulama sepuh? Jauhi orang-orang yang merasa lurus tapi jauh dari nilai-nilai ke NU an. Kami rindu ke-sarkub-anmu ..
Sumber: ^_^ http://www.muslimoderat.com/2015/08/ada-apa-dengan-ustadz-idrus-ramliku.html#ixzz3kdIvnyNj

Tulisan muslimoderat ini penuh dengan keangkuhan dan kebencian, silahkan anda baca dan anda simak baik baik tulisan yang sudah saya tandai dengan warna merah.
Pertama: Muslimoderat mengatakan KH. Luthfi bashori alwi Khawarij. entah apa dalilnya saya juga tidak tahu. kok sangat mudahnya dia menghina seorang Kyai Haji, apalagi ucapannya tidak didasari dengan dalil dan bukti.

Kedua: Muslimoderat sangat mudahnya menganggap Ustadz Idrus Ramli terpengaruh KH. Luthfi Bashori, seakan-akan ustadz Idrus Ramli seorang dungu yang mudah ikut orang lain.
Padahal yang bicara begitu orangnya gak jelas, jangan-jangan ilmunya masih seujung kuku Ustadz Idrus Ramli!!!.

ketiga: Menganggap ustadz Idrus Ramli melakukan Propaganda
Padahal ustadz Idrus Ramli disitu tidak berniat berbuat Propaganda, beliau disitu ingin membantu dan menanggapi keluhan dari KH Ahmad Baghawi. dan mengenai hal ini, muslimoderat sendiri sudah memosting artikelnya. silahkan anda baca postingannya dibawah ini:

Idrus Ramli: NU Garis Lurus Dibuat Oleh Alumni Sarang Jawa TengahBeberapa hari terakhir ini, Aswaja penggiat dunia online digelitik dengan artikel kritikan dengan Ust. Muhammad Idrus Ramli terhadap KH. Said Aqil Siraj yang dipublisikan dalam rentan waktu yang sangat dekat dengan berakhirnya kegiatan Muktamar NU-33 di Jombang.
Hal tersebut mendapat beragama respon, ada yang mendukung langkah Ust. Idrus Ramli, dan ada yang menyayangkan adanya kritikan tersebut. Salah satu tulisan di media Islam Aswaja MuslimediaNews turut mempertanyakan munculnya tulisan tersebut.
Pasalnya, kritikan yang dilontarkan merupakan poin-poin yang sudah pernah didiskusikan dalam Dialog Terbuka pada tahun 2010 lalu. Waktu pempublikasian artikel juga tidak tepat karena dilempar ke publik dalam rentan waktu yang dekat dengan berakhirnya Muktamar, apalagi Ust. Idrus Ramli sendiri menjadi pesaing Kiai Said dalam pemilihan Ketua Umum PBNU.
Berkaitan dengan hal diatas, Ust. Muhammad Idrus Ramli menghubungi pihak media Islam Aswaja dan mempertanyakan tentang dihubung-hubungkannya dirinya dengan Ust. Luthfi Bashori. “Saya kok dihubung-hubungan dengan Kiai Luthfi Bashori? Saya jarang sekali bertemu beliau. Mungkin bisa dihitung jari. Saya juga pernah bertemu Ulil, Said Aqil Siraj, dan kyai-kyai lain. Apa tujuannya saya dihubungkan dengan Kiai Luthfi Bashori?”.
Dalam kontak antara Ust. Idrus Ramli dengan pihak MMN, Ust. Idrus Ramli pun menjelaskan kronologi kritikan dirinya terhadap KH. Said Aqil Siraj yang kembali dimunculkan akhir-akhir ini, dimana tahun 2010 lalu pernah duduk bersama dalam sebuah forum dialog tabayyun. Berikut penjelasan Ust. Idrus Ramli:
***
Tahun 2010 saya dan Gus Aab dialog terbuka dengan SAS di Sidoarjo. Pada saat itu SAS mengaku bersalah dalam bukunya. Saya pikir dengan pengakuan tersebut, SAS tidak akan menerbitkan lagi bukunya atau melakukan revisi.
Ternyata buku tersebut diterbitkan lagi tahun 2012 secara resmi oleh LTN PBNU. Akhir Mei (2015) kemarin saya ditelepon oleh KH Ahmad Baghawi, Rais Syuriyah PCNU Nganjuk, mengeluhkan buku tersebut yang dibagikan ke cabang-cabang secara gratis. Beliau merasa prihatin dengan isinya yang sesat, liberal dan kufur.
Akhirnya beliau saya sarankan agar lapor ke KH Miftahul Akhyar, Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur. Ternyata tidak ada tanggapan dari KH Miftahul Akhyar.
Akhirnya beliau menemui saya ketika saya acara di Jombang tanggal 7 Juni (2015), dan memberikan kopiannya kepada saya. Kiai Baghawi cerita sempat lapor ke Gus Ali Tulangan, juga tidak ada respon.
Akhirnya karena waktu itu menjelang muktamar, beberapa teman menghalangi saya untuk memberikan tanggapan terhadap bukunya SAS. Khawatir dianggap menjatuhkan.
Setelah muktamar saya tulis. Ini saya lakukan, karena tidak ada Kiai yang peduli.
***
Demikian penjelasan Ust. Muhammad Idrus Ramli yang disampaikan kepada pihak media Islam Aswaja MuslimediaNews. Pihak MMN juga mempertanyakan apakah hal tersebut juga ada kaitannya dengan rasa kurang puas terhadap hasil Muktamar NU ke-33, Ust. Idrus Ramli hanya mengatakan “Biarkan saja”.
NU GARIS LURUS ?
Ust. Muhammad Idrus Ramli juga menginformasikan bahwa kelompok NU Garis Lurus dibuat oleh alumni Pesantren Sarang dari Jawa Tengah. “NU GL yang buat anak-anak Jawa Tengah, alumni Sarang”, kata Ust. Idrus Ramli.
Dalam kesempatan lain Ust. Idrus Ramli mengaku pernah bertemu dengan salah satu kru NU GL di Jombang bersama dengan Gus Masrur Rhabitullah.
***
Pihak MMN memohon izin kepada Ust. Idrus Ramli untuk memuat percakapan tersebut sebagai bentuk klarifikasi. Dalam hal ini Ust. Idrus Ramli mengatakan “Boleh, bagus!”.
Sumber: ^_^ http://www.muslimoderat.com/2015/08/idrus-ramli-nu-garis-lurus-dibuat-oleh.html#ixzz3kE1dPDXT


Keempat: Muslimoderat menganggap Ustadz Idrus Ramli tidak megikuti jalan Ulama Sepuh.
Tidak mengikuti amal yang mana?
Justru Ustadz idrus ramli mengikuti Ulama sepuh sampai bertabligh kemana-mana, menyiarkan Islam Ahlus Sunnah Wal Jama'ah yang sebenarnya, dan juga memerangi aliran-aliran sesat seperti Syi'ah, Liberalisme, Pluralisme dan pemahaman lainnya yang tidak sesuai dengan pemahaman Aswaja. Bahkan Muslimoderat lah yang seharusnya berkaca. seharusnya dia itu tahu diri, siapa yang sedang dia hina. apakah dia sendiri sudah mengikuti Ulama sepuh dan lebih baik dari ustadz Idrus Ramli?!!!!
Ya mbok malu sedikit napa bro..!!!
Coba buktikan, bahwa kamu itu lebih baik dari Ustadz Idrus Ramli!
Jangan hanya main hina dan main nuduh Propaganda.
Kalau bicara itu mbok difikir dulu, sertakan dalil atau bukti, biar tidak menjadi fitnah.

Oke sekian saja dari saya. semoga yang menghina ustadz Idrus Ramli segera sadar.
Dan mari doakan Ustadz Idrus Ramli, semoga beliau tetap istiqamah dalam perjuangannya, amin.

13komentar:

  1. ke kyai ini tidak di respon ke itu tidak di respon napa sih banyak kyai yg mendadak bisu kalo bicara kebenaran

    BalasHapus
  2. ke kyai ini tidak di respon ke itu tidak di respon napa sih banyak kyai yg mendadak bisu kalo bicara kebenaran

    BalasHapus
  3. NU coba diobok2 lwt berbagai cara oleh wahabi cs.NU tetap kuat.Jaga persaruan warga NU.Bahaya dari liar, trik memecah belah adl ulah pihak barat yg tdk ingin NU besar.Majuvtrs NU.Jaga persatuan.

    BalasHapus
  4. Lapor sini lapor situ, nggak ditanggapi, akhirnya lapor mass media... Itu sih bukan ulama NU....

    BalasHapus
  5. Gusduriun jg menyiram minyak, justru mempertemukan... Apik kan...

    BalasHapus
  6. Gusduriun jg menyiram minyak, justru mempertemukan... Apik kan...

    BalasHapus
  7. Lapor sini lapor situ, nggak ditanggapi, akhirnya lapor mass media... Itu sih bukan ulama NU....

    BalasHapus
  8. Tabayun adalah tradisi NU..bukan malah koar2 menjelekkan Kyai NU..apalagi ada NU garis2san segala. Banser mana Banser

    BalasHapus
  9. Muncul nu garis lurus dan muncul islam nusantara.... makin menguatkan dugaan orang selama ini tentang organisasi yang satu ini menambah nambah ajaran islam' mencampur aduk agama dengan adat istiadat peninggalan nenek moyang. Alhamdullilah' saya tidak pernah mengikuti organisasi2 aliran apa pun. Si nu bilang wahabi sesat yahudi segalam macam' sungguh sangat menyedihkan' anda... sudahkah anda belajar wahabi dengan benar??? Jangan melihat individu. Dan bagi wahabi bilang nu sesat' sudahkah dipelajari dengan benar bahwa nu sesat ????

    BalasHapus
    Balasan
    1. wahabi?dimana kantornya?siapa pengurusnya?tahun berapa berdirinya?mana lambangnya?
      saudaraku muslim berjihadlah atas nama Islam bukan ormas, hanya para nabi dan rasul yg maksum, berpeganglah pada tali agama yaitu Alquran dan Hadist, ingatlah akan kematian maka carilah kebenaran segera, tanyalah pada diri kita sudahkah kita melaksanakan shalat 5 waktu dan melaksanakannya dimasjid bagi pria, membaca alquran mentadaburinya dan mengamalkannya, sudahkah kita mengenal sunnah Rasulluloh salalahu alaiwasalam dan menjalankannya semaksimal mungkin... jika belum maka ada yang salah dgn pemahaman ajaran Islam kita, benarkah kita ahlisunnahwaljamaah atau hawa nafsu telah membutahkan kita. SURGA atau NERAKA tujuan kita...

      Hapus
  10. Saya tantang Luthfi Bashori untuk bermubahalah "Jika tidak berani menerima tantangan berarti ia mengakui kekafirannya"
    Jika syi'ah Ali itu bukan pengikut Nabiyulloh Muhammad SAWW maka saya akan mati secara mengenaskan secepat mungkin tetapi bila syi'ah Ali itu pengikut Nabi maka yang mengatakan syi'ah Ali itu kafir maka dialah yang kafir.
    Jika ente mengkafirkan syi'ah Ali dan itu salah maka ente akan mati dengan mengenaskan secepat mungkin. Aminkanlah do'a ini wahai pengikut musuh syi'ah Ali!

    BalasHapus